BOJONEGORO. Koranrakyat.com
Aksi Teror terhadap penambang yang dilakukan oleh kelompok Security Garda Satria yang diperjakan PT Geo Cepu Indonesia, hingga kini masih terus berlanjut. Tak ayal, kini para penambang minyak sumur tua di Kedewan merasa resah karena sewaktu-waktu keamanannya dapat terancam oleh Garda Satria.
Kecemasan para penambang nampaknya cukup beralasan, lantaran saat wartawan Koran Rakyat datang untuk melakukan konfirmasi ke penambangpun juga tak luput dari psywar kelompok Security Garda Satria. Mulai dari pintu masuk gerbang Desa Wonocolo hingga ke lokasi penambang minyak sumur tua, mereka menguntit untuk mengawasi aktivitas Koran rakyat pada waktu melakukan konfirmasi dengan penambang.
Jaman ( 56 ), seorang penambang warga Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Bojonegoro, menuturkan kepada Koran rakyat sering mendapatkan teror untuk segera secepatnya menyerahkan sumur minyak tua yang dikelolanya kepada PT Geo Cepu Indonesia ( PT GCI ).
“ Mereka datang dengan marah-marah, ngomongnya boleh atau tidak boleh sumur minyak tua diminta Geo Cepu,” ujar jaman, kepada Koran rakyat, 19/10/2015.
Dikatakan jaman, rombongan yang datang biasanya berjumlah 7 sampai dengan 15 orang berpakaian lengkap security, dengan membawa mobil double cabin warna putih NoPol. K 1830 FN, dan K 1744 FN. Mereka bukan saja datang ke penambang pada siang hari tapi juga malam hari. Sehingga membuat warga penambang ketakutan dan merasa keamanannya terancam. “ Kami bahkan tidak pernah tidur untuk menjaga segala kemungkinan yang terjadi,” papar Jaman leebih lanjut.
Kata jaman, salah satu aksi terror dengan pengrusakan pernah dilakukan oleh Garda satria, dengan mencabuti kabel listrik yang terpasang di sekitar sumur.
Setelah sebelumnya Pertaminaa EP Cepu meminta 12 sumur minyak yang dikelola penambang, kini bertambah lagi 19 sumur yang harus diserahkan pihak penambang tanpa syarat. Diantaranya Sumur KW 90, 70, 125, 21, 126, 128, 57, 17, 09, 15, 20, HZ 2, 48, 42, 81, 82, SM 1, 11, 5, 74, 19, 101, 29, 89, 86, 07, 104, 23.
Tehadap permintaan Pertamina tersebut para penambang menyatakan tak keberatan menyerahkan sumur tersebut kepada Pertamina asal mereka diberikan kompensasi atas pembukaan sumur-sumur dimaksud.
“ Karena untuk membuka satu sumur saja membutuhkan waktu 2 tahun, dengan biaya ratusan juga hingga milyaran rupiah, itupun uang warga penambang sendiri, “tegas Jaman.
“ Asal Pertamina mau bayar biaya pembukaan sumur-sumur itu dan mau memperkerjakan kami ( penambang, red ), sumur diminta gak masalah,”tambah Jaman.
Atas aksi terror yang dilakukan oleh Garda Satria pada penambang, Kepala dinas Energi Sumber Daya Mineral, Bojoneoro, Agus Supriyanto, mengatakan tidak ada terror dari Garda Satria. Dan persoalan tuntutan penambang yang meminta ganti rugi serta diperkejakan tambang sumur oleh Pertamina, menurut Agus masih dipertimbangkan Pertamina. ( Dan/Pur )